1. Rúben Amorim di Manchester United
-
Penunjukan & Harapan Tinggi
Rúben Amorim ditunjuk menjadi manajer Manchester United pada 1 November 2024, dengan kontrak hingga 2027. Ia diharap membawa perubahan positif setelah sukses di Sporting CP. -
Awal yang Menjanjikan
Debutnya ditandai dengan hasil imbang 1–1 melawan Ipswich (24 November 2024), kemudian kemenangan 4–0 atas Everton (1 Desember 2024), dan kemenangan derby melawan Manchester City (2–1) — pencapaian manajerial pertama derby debut sejak Ferguson. -
Kemunduran Performanya
Namun, musim 2024–25 berakhir mengecewakan. United gagal menjuarai trofi; bahkan di final Europa League kalah dari Tottenham 0–1 dan gagal lolos ke Liga Champions. Banyak pihak menyebut ini sebagai salah satu musim terburuk dalam sejarah klub. -
Statistik Buruk & Tekanan Hebat
Amorim punya salah satu catatan paling buruk dalam sejarah EPL untuk klub “big six” — hanya sekitar 24 poin dari 26 pertandingan (sekitar 0,92 poin per laga), posisi 16 besar dengan 13 kekalahan. Ia kini memiliki persentase kemenangan terendah sejak era Herbert Bamlett (1931). Laporan terbaru menyebutkan ia meraih hanya satu poin dari dua laga awal musim 2025/26, menimbulkan kekhawatiran relegasi. Wayne Rooney menyindir bahwa tidak ada lagi alasan — hasil harus segera datang, atau ada risiko pemecatan. Taktiknya yang kaku dalam formasi 3‑4‑2‑1 dinilai tak cocok dengan skuad saat ini, yang terdiri dari pemain warisan berbagai rezim.
2. Gary Neville di Valencia
-
Pengalaman & Harapan Rendah
Gary Neville, legenda Manchester United, mengambil alih Valencia pada Desember 2015 tanpa pengalaman sebelumnya sebagai pelatih utama. -
Awal yang Mengkhawatirkan
Valencia tidak menang dalam sembilan pertandingan La Liga awal bersama Neville. Di Copa del Rey, mereka kalah telak 7–0 dari Barcelona. Hanya menang pertama melawan Espanyol dalam 13 Februari 2016, tapi masih gagal bersaing. -
Pemecatan
Ia dipecat pada 30 Maret 2016 — setelah hanya mendapatkan 3 kemenangan dalam 16 pertandingan liga, tanpa satu pun clean sheet, dan klub berada di peringkat 14, sedikit aman dari zona degradasi.
3. Perbandingan: Siapa yang Lebih Gagal?
Aspek | Rúben Amorim (Man Utd) | Gary Neville (Valencia) |
---|---|---|
Pengalaman sebelumnya | Sukses di Sporting CP, dua gelar liga dan Trofi Taça da Liga | Nyaris tanpa pengalaman sebagai pelatih kepala sebelum ini |
Durasi masa jabatan | Hampir satu musim penuh (2024–25), lanjut ke awal 2025–26 | Sekitar 4 bulan (Des 2015 – Mar 2016) |
Hasil tim | Musim gagal total: tak tukar trofi liga, kalah final Europa League | Berantakan: tak ada clean sheet, posisi tengah bawah liga Netta |
Tekanan & harapan publik | Sangat tinggi; klub papan atas; tag pelecehan “salah satu musim terburuk” | Harapan rendah, namun pemecatan cepat karena performa sangat buruk |
4. Kesimpulan
-
Gary Neville: Masa kepelatihannya lebih singkat dan penuh kegagalan teknis — tak satu clean sheet, hanya tiga kemenangan, dan pemecatan cukup cepat.
-
Rúben Amorim: Meski dia bekerja di klub bergengsi dengan sumber daya besar dan sensasi media lebih tinggi, hasilnya juga mengecewakan: kegagalan total dalam satu musim penuh serta awal musim berikutnya yang buruk.
Jadi, jika melihat dari efektivitas dan lamanya kegagalan, Gary Neville tampak sebagai gagal yang lebih mencolok dalam waktu yang sangat singkat, tapi dalam konteks tekanan, harapan, dan dampak, Amorim menanggung beban yang lebih berat dan kegagalannya lebih luas.
Baca Juga: Ruben Amorim Masih Sayang Harry Maguire, Tolak Banyak Tawaran Masuk untuk Sang Bek